Golden Ticket

Golden Ticket

Thursday, September 25, 2014

Pertemuan V

Kesehatan Pemikiran (Fallacia)
Haii kembali lagi nih bersama saya Mirza. Kita masih membahas tentang salah satu materi blok filsafat yaitu Fallacia. Fallacia adalah kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta, tapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat. Kesalahan fakta: Presiden AS Barack Obama lahir di Indonesia. Ahmad lahir dengan bintang gemini, maka hidupnya penuh dengan persoalan. Kesalahan penalaran dibagi menjadi beberapa kesalahan yaitu Kesesatan formal: pelanggaran terhadap kaidah logika, misal Semua penodong berwajah seram. Semua pengamen berwajah seram. Jadi semua pengamen adalah penodong. Apa yang dilanggar? dan Kesesatan informal: menyangkut kesesatan dalam bahasa. Misal, kesesatan diksi. Contoh
Ø  Penempatan kata depan yg keliru: Antara hewan dan manusia memiliki perbedaan.
Ø  Mengacau posisi subjek atau predikat: Karena tidak mengerjakan PR, guru menghukum anak itu.
Ø  Ungkapan yang keliru: Pencuri kawakan itu berhasil diringkus polisi minggu yang lalu.
Ø  Amfiboli: sesat karena struktur kalimat bercabang. Misal, Anto Anak Bu Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah.
Ø  Kesesatan aksen/prosodi sesat karena penekanan yang salah dalam pembicaraan. Misal Ada aturan ‘Anda tidak boleh ganggu anak tetangga’. Nah Pak Budi bukan tetangga anda. Maka anda boleh mengganggu anaknya.
Ø  Kesesatan bentuk pembicaraan: sesat karena orang menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain. Misalnya, Berpakaian artinya memakai pakaian. Bersepeda artinya memakai sepeda. Maka, beristeri artinya memakai isteri.
Ø  Kesesatan aksiden: yang aksidental dikacaukan dengan hal yang hakiki. Misalnya Sawo matang adalah warna. Orang Indonesia itu sawo matang. Maka, Orang Indonesia itu adalah warna.
Ø  Kesesatan karena alasan yang salah: Konklusi ditarik dari premis yang tak relevan.

Kesesatan Presumsi
Ø  Generalisasi tergesa-gesa: Orang Padang pandai memasak.
Ø  Non sequitur (belum tentu): Memang saya tidak lulus karena beberapa hari yang lalu saya berdebat dengan dosen tsb.
Ø  Analogi palsu: Membuat isteri bahagia seperti membuat hewan piaraan bahagia dengan membelai kepalanya dan memberi banyak makan.
Ø  Penalaran melingkar (petitio principii): Manusia merdeka karena ia bertanggungjawab dan ia bertanggungjawab karena ia merdeka.
Ø  Deduksi cacat: Barang siapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti orang baik. Andi pasti orang baik.
Ø  Pikiran simplistis: Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral.

Menghindari Persoalan
Ø  Argumentum ad hominem: Jangan percaya omongannya karena ia bekas narapidana.
Ø  Argumentum ad populum: Anda lihat banyak ketidakadilan dan korupsi, maka Partai Nasdem adalah partai masa depan kita.
Ø  Argumentum ad misericordiam: Seorang terdakwa meminta keringanan hukuman karena mengaku punya banyak tanggungan.
Ø  Argumentum ad baculum: Karena beda pendapat, suka meneror orang lain.
Ø  Argumentum ad auctoritatem: Mengutip pendapat Freud mengenai psikoanalisa.
Ø  Argumentum ad ignorantiam: Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak ada.
Ø  Argumen untuk keuntungan seseorang: Seorang pengusaha berjanji mau membiayai kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan isteri.
Ø  Non causa pro causa: Orang sakit perut setelah menghapus sms berantai, maka dia menganggap itu sebagai penyebabnya.


Kesesatan Retoris
Ø  Eufemisme/disfemisme: Pembangkang yg dianggap benar disebut reformator. Bila tdk disenangai maka disebut anggota pemberontak.
Ø  Penjelasan retorik: Dia tidak lulus krn tidak teliti mengerjakan  soal.
Ø  Stereotipe: Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi.
Ø  Innuendo: Sy tdk mengatakan makanan tdk enak, tapi mau mengatakan lukisan itu bagus.
Ø  Loading question: Apakah Anda masih tetap merokok?
Ø  Weaseler: Tiga dari empat dokter menyarankan bahwa minum itu memperlancar pencernaan.
Ø  Downplay: Jangan anggap serius omongannya krn dia hanya buruh bangunan.
Ø  Lelucon/sindiran:
Ø  Hiperbola: membesarbesarkan.
Ø  Pengandaian bukti:studi menunjukkan.

Ø  Dilema semu: Tamu yg menolak kopi, langsung disuguhi sirup.


(sumber: Google, Fallacy oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor)

2 comments: