Golden Ticket

Golden Ticket

Monday, September 22, 2014

Pertemuan II Sesi 2

Aksiologi
Hallo semua kali ini saya akan membahas materi pertemuan II Sesi ke 2 yaitu aksiologi. Aksiologi berasal dari kata axios yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu. Nilai suatu hal berkaitan dengan kegunaan. Aksiologi merupakan cabang Filsafat yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi juga sebagai ilmu yang membicarakan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Surisumantri menyatakan bahwa aksiologi merupakan teori nilai yang berkaitan dengan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi adalah kajian tentang kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai, khususnya etika. Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk, benar dan salah, serta tentang cara dan tujuan dari perbuatan manusia. Aksiologi merumuskan suatu teori yang konsisten mengenai perilaku etis.
Pengetahuan manusia itu cukup luas. Pengetahuan itu diharapkan memiliki aspek tepat guna bagi pemiliknya. Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan. Bagaimana kaitan antara cara pengetahuan tersebut dengan kaidah-kaidah nilai.
Bagimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai. Nilai yang dimaksud dalam aksiologi dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.


Fakta dan Nilai
Aksiolog membedakan “yang ada” dengan nilai, membedakan fakta dan nilai. Untuk menjelaskan lebih jauh apa nilai, perlu dibedakan dengan fakta. Fakta adalah sesuatu yang ada secara nyata, berlangsung begitu saja.  Sementara nilai sebagai sesuatu yang berlaku, sesuatu yang memikat atau mengimbau kita. Nilai berperan dalam suasana apresiasi, sementara fakta ditemui dalam konteks deskripsi. Fakta dapat dilukiskan secara objektif. Misalnya letusan gunung Merapi. Letusan bisa  punya nilai bagi seorang, tidak bagi yang lain.
Fakta selalu mendahului nilai, duluan fakta baru penilaian atas fakta tersebut.  Maka, ada 3 ciri-ciri nilai:
·        Nilai berkaitan dengan subjek
·         Nilai tampil dalam konteks praktis
·         Nilai menyangkut  sifat yang ditambah oleh subjek pd sifat yg dimiliki oleh objek.
 Macam-macam nilai:
·        nilai ekonomis
·        nilai estetis

Nilai Moral
Apa yang  membuat suatu nilai menjadi nilai moral? Setiap nilai memperoleh bobot moral  bila diikutsertakan dalam tingkah laku moral. Kejujuran sebagai nilai moral menjadi kosong, bila tidak diikutsertakan dengang nilai  lain seperti nilai ekonomis.
Nilai dibagi dalam 4 kelompok:
·        Nilai yang menyangkut kesenangan dan ketidaksenangan terdapat dalam objek yang perpadanan dengan makluk punya indera.  
·        Nilai-nilai vitalitas perasaan halus, kasar,  luhur dan lain-lain
·         nilai rohani seperti nilai estetis (bagus jelek) benar salah (tidak terikat pada permasalah inderawi)
·         Nilai Religius spt yang kudus dan tidak kudus menyangkut objek absolut.  
Ada suatu hirarki dari pengelompokkan 4 nilai tersebut, nilai vital lebih tinggi dari nilai kesenangan, nilai rohani lebih tinggi dari nilai vital, dst.
Ciri-ciri nilai moral:
Ø  Berkaitan dengan tanggung jawab kita sebagai manusia.
Ø   Berkaitan dengan hati nurani
Ø   nilai moral mewajibkan secara absolute
Ø   Bersifat formal
Nilai moral memiliki kekuatan besar yang memaksa untuk menerimanya, walaupun bertentangan dengan hasrat kecenderungan dan kepentingan pribadi kita.
Nilai sebagai kualitas yang tidak riil?
Nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri.  Nilai butuh pengemban untuk berada. Nilai tampak pada kita seolah-olah hanya merupakan kualitas dari pengemban nilai contoh keindahan dari lukisan, kegunaan dari sebuah peralatan. Jadi, nilai itu bukan merupakan benda atau unsur dari benda, melainkan sifat, kualitas yang dimiliki objek tertentu yang dikatakan ‘baik’.

Pembagian Aksiologi
Aksiologi di bagi dalam dua bagian yaitu etika (filsafat etika) dan estetika (filsafat keindahan)

Obyektivitas dan Subyektivitas Nilai
Nilai itu kadang-kadang bersifat obyektif, namun kadang-kadang bersifat subyektif. Dikatakan obyektif apabila nilai-nilai tidak tergantung pada subyek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada obyeknya bukan pada subyek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada obyektivitas fakta.  Nilai menjadi subyektif apabila subyek berperan dalam memberikan penilaian, kesadaran manusia menjadi tolak ukurnya. Dengan demikian, nilai subyektif selalu memerhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

Peranan Nilai
Nilai memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan kita sehari-hari. 
Ø  Nilai merupakan objek sejati bagi tindakan manusia
Ø  Nilai mengarahkan manusia dan memberi daya tarik bagi manusia dalam membentuk dirinya melalui tindakan-tindakannya
Ø  Menata hubungan sosial dalam masyarakat
Ø  Memperkuat identitas kita sebagai manusia


Sumber: (Google, Aksiologi oleh Mikha Agus Widyanto)

5 comments:

  1. Bagus sekali postingan rahmat mirza ini...sangat bermanfaat terimakasih rahmat ÷)

    ReplyDelete
  2. Blog anda luar biasa unik, asik, trendy, penuh gaya psikologi, katakatanya psikologibgt sampe greget nilai yg akan gua kasih 99,99 sukses udin mirza imanudin rahmat

    ReplyDelete
  3. Isinya bagus dan bermanfaat. Ada tambahan dari saya. Tampilannya diberi background lbh menarik lagim tapi overall bagus kok

    ReplyDelete
  4. lengkap yaa . setuju dengan hilliando , untuk tampilannya mungkin bisa dikasih background bergambar supaya lebih menarik . 85 ya buat kamuu

    ReplyDelete