Aksiologi
Hallo semua kali ini
saya akan membahas materi pertemuan II Sesi ke 2 yaitu aksiologi. Aksiologi berasal
dari kata axios yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu. Nilai suatu hal
berkaitan dengan kegunaan. Aksiologi merupakan cabang Filsafat yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi juga sebagai
ilmu yang membicarakan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Surisumantri
menyatakan bahwa aksiologi merupakan teori nilai yang berkaitan dengan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi adalah kajian tentang
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai,
khususnya etika. Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian
tentang baik dan buruk, benar dan salah, serta tentang cara dan tujuan dari
perbuatan manusia. Aksiologi merumuskan suatu teori yang konsisten mengenai
perilaku etis.
Pengetahuan manusia
itu cukup luas. Pengetahuan itu diharapkan memiliki aspek tepat guna bagi
pemiliknya. Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu dipergunakan. Bagaimana kaitan antara cara pengetahuan tersebut dengan
kaidah-kaidah nilai.
Bagimana penentuan
obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai. Nilai yang dimaksud
dalam aksiologi dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Fakta dan Nilai
Aksiolog membedakan
“yang ada” dengan nilai, membedakan fakta dan nilai. Untuk menjelaskan lebih
jauh apa nilai, perlu dibedakan dengan fakta. Fakta adalah sesuatu yang ada
secara nyata, berlangsung begitu saja. Sementara
nilai sebagai sesuatu yang berlaku, sesuatu yang memikat atau mengimbau kita. Nilai
berperan dalam suasana apresiasi, sementara fakta ditemui dalam konteks
deskripsi. Fakta dapat dilukiskan secara objektif. Misalnya letusan gunung
Merapi. Letusan bisa punya nilai bagi
seorang, tidak bagi yang lain.
Fakta selalu
mendahului nilai, duluan fakta baru penilaian atas fakta tersebut. Maka, ada 3 ciri-ciri nilai:
·
Nilai berkaitan dengan subjek
·
Nilai tampil dalam konteks praktis
·
Nilai menyangkut sifat yang ditambah oleh subjek pd sifat yg
dimiliki oleh objek.
Macam-macam nilai:
·
nilai ekonomis
·
nilai estetis
Nilai Moral
Apa yang membuat suatu nilai menjadi nilai moral?
Setiap nilai memperoleh bobot moral bila
diikutsertakan dalam tingkah laku moral. Kejujuran sebagai nilai moral menjadi
kosong, bila tidak diikutsertakan dengang nilai
lain seperti nilai ekonomis.
Nilai dibagi dalam 4
kelompok:
·
Nilai yang menyangkut kesenangan dan
ketidaksenangan terdapat dalam objek yang perpadanan dengan makluk punya
indera.
·
Nilai-nilai vitalitas perasaan halus, kasar, luhur dan lain-lain
·
nilai rohani seperti nilai estetis (bagus
jelek) benar salah (tidak terikat pada permasalah inderawi)
·
Nilai Religius spt yang kudus dan tidak kudus
menyangkut objek absolut.
Ada suatu hirarki
dari pengelompokkan 4 nilai tersebut, nilai vital lebih tinggi dari nilai
kesenangan, nilai rohani lebih tinggi dari nilai vital, dst.
Ciri-ciri nilai
moral:
Ø Berkaitan
dengan tanggung jawab kita sebagai manusia.
Ø Berkaitan dengan hati nurani
Ø nilai moral mewajibkan secara absolute
Ø Bersifat formal
Nilai moral memiliki
kekuatan besar yang memaksa untuk menerimanya, walaupun bertentangan dengan
hasrat kecenderungan dan kepentingan pribadi kita.
Nilai sebagai
kualitas yang tidak riil?
Nilai itu tidak ada untuk
dirinya sendiri. Nilai butuh pengemban untuk
berada. Nilai tampak pada kita seolah-olah hanya merupakan kualitas dari
pengemban nilai contoh keindahan dari lukisan, kegunaan dari sebuah peralatan. Jadi,
nilai itu bukan merupakan benda atau unsur dari benda, melainkan sifat,
kualitas yang dimiliki objek tertentu yang dikatakan ‘baik’.
Pembagian Aksiologi
Aksiologi di bagi
dalam dua bagian yaitu etika
(filsafat etika) dan estetika (filsafat
keindahan)
Obyektivitas dan
Subyektivitas Nilai
Nilai itu
kadang-kadang bersifat obyektif, namun kadang-kadang bersifat subyektif. Dikatakan
obyektif apabila nilai-nilai tidak tergantung pada subyek atau kesadaran yang
menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada obyeknya bukan pada subyek yang
melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat
individu melainkan pada obyektivitas fakta. Nilai menjadi subyektif apabila subyek
berperan dalam memberikan penilaian, kesadaran manusia menjadi tolak ukurnya. Dengan
demikian, nilai subyektif selalu memerhatikan berbagai pandangan yang dimiliki
akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang.
Peranan Nilai
Nilai memiliki peran
yang amat penting dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ø Nilai merupakan objek sejati bagi tindakan manusia
Ø Nilai mengarahkan manusia dan memberi daya tarik
bagi manusia dalam membentuk dirinya melalui tindakan-tindakannya
Ø Menata hubungan sosial dalam masyarakat
Ø Memperkuat identitas kita sebagai manusia
Sumber: (Google, Aksiologi oleh Mikha Agus
Widyanto)
Bagus sekali postingan rahmat mirza ini...sangat bermanfaat terimakasih rahmat ÷)
ReplyDeleteBlog anda luar biasa unik, asik, trendy, penuh gaya psikologi, katakatanya psikologibgt sampe greget nilai yg akan gua kasih 99,99 sukses udin mirza imanudin rahmat
ReplyDeleteIsinya bagus dan bermanfaat. Ada tambahan dari saya. Tampilannya diberi background lbh menarik lagim tapi overall bagus kok
ReplyDeletelengkap yaa . setuju dengan hilliando , untuk tampilannya mungkin bisa dikasih background bergambar supaya lebih menarik . 85 ya buat kamuu
ReplyDelete90 nilainya
ReplyDelete