Logika Deduktif-Induktif
Haii kali ini saya akan membahas salah satu materi
hari jumat yang panjang yaitu Logika Deduktif-Induktif.
Logika Deduktif
Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa penalaran
dibedakan menjadi dua, yaitu tidak langsung dan langsung. Penalaran tidak
langsung mencakup penalaran deduktif dan induktif. Penalaran deduktif ini
selalu diungkapkan dalam bentuk silogisme.
Dengan kata lain silogismelah yang
menjadi medium pengungkapkan penalaran deduktif.
Silogisme
adalah suatu bentuk argumentasi yang bertitik tolak pada premis-premis dan dari
premis-premis itu ditarik suatu kesimpulan. Dengan demikian, silogisme dapat
dipahami sebagai suatu jenis penarikan kesimpulan yang didasarkan pada
premis-premis yang sudah diketahui. Maksud dari premis-premis itu untuk
memberikan bukti bahwa kesimpulan itu benar.
Premis-premis dari suatu argumentasi deduktif yang
tepat berisi semua bukti yang dibutuhkan untuk membuktikan kebenaran suatu
kesimpulan. Artinya, jika premis-premis benar, maka kesimpulan juga harus
benar. Benar salahnya kesimpulan deduktif berdasarkan rujukan realitas,
argumentasi-argumentasi deduktif yang memiliki kekhasan tersendiri. Argumentasi-argumentasi
deduktif dinilai lebih berdasarkan atas sahih (valid) atau tidak sahih
(invalid).
Apa yang dimaksud dengan kebenaran premis? Premis
dianggap “benar” apabila sesuai dengan realitas. Sebaliknya premis dianggap
“salah” apabila tidak sesuai dengan realita. Misalnya “Semua mahasiswa
Psikologi Untar Pandai”. Pernyataan tersebut dianggap benar sebab sesuai dengan
realitas. Misalnya”Semua mahasiswa Psikologi Untar perempuan membenci
laki-laki”. Tentunya pernyataan tersebut dianggap salah sebab tidak semua
mahasiswa perempuan membenci laki-laki.
Ciri-ciri Silogisme
Suatu argumentasi disebut silogisme apabila mengikuti
ciri-ciri sebagai berikut:
Ø Semua
pernyataannya (proposisi) adalah proposisi kategoris.
Ø Terdiri
dari dua premis dan sebuah kesimpulan.
Ø Dua
premis dan satu kesimpulans ecara bersama-sama memuat tiga term (kata) yang
berbeda dan masing-masing trem tampak di dalam dua dari tiga proposisi.
Logika Induktif
Logika
induktif yaitu cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari
sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu untuk menarik kesimpulan
umum tertentu. Atas dasar fakta dirumuskan kesimpulan umum. Kesimpulan itu
generalisasi fakta yang memperlihatkan kesamaan. Namun kesimpulan umum harus
dianggap sebagai bersifat sementara. Karena ciri dasar induktif selalu tidak
lengkap.
Persamaan penalaran induktif dengan deduktif yaitu argumentasi keduanya terdiri dari premis-premis
yang mendukung kesimpulan. Perbedaan penalaran induksi yang tepat akan punya
premis-premis benar tapi kesimpulan salah, karena argumentasi penalaran
induktif tidak membuktikan kesimpulan benar. Premis hanya menetapkan kesimpulan
berisi suatu kemungkinan. Maka argumentasi dalam penalaran induksi tidak
dinilai sebagai sahih/valid atau tdk sahih/invalid, tapi berdasarkan
probabilitas.
Cara Penalaran Induktif
Proses induksi mulai berdasar kejadian-kejadian,
gejala partikular. Penal induksi yaitu proses penalaran berdasarkan pengertian
partikular/premis untuk hasilkan pengertian umum/kesimpulan. Tiga ciri
penalaran induktif:
Ø Premis
penal induktif proposisi empiris yang ditangkap indera
Ø Kesimpulan
dalam penalaran induksi lebih luas drpd apa yang dinyatakan dlm premis.
Ø Meski kesimpulan tak mengikat, tapi manusia
menerimanya. Jadi konklusi induksi punya kredibilitas rasional probabilitas.
Generalisasi Induktif
Artinya adalah Proses penalaran berdasarkan
pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan tentang
semua. Prinsip generalisasi induktif adalah apa yang terjadi beberapa kali dalam
kondisi tertentu dapat diharapkan akan selalu terjadi bila kondisi yang sama
terpenuhi. Tiga syarat membuat generalisasi:
Ø Tidak
terbatas secara numerik, tidak boleh terikat pada jumlah tertentu
Ø Tidak
terbatas secara spasio temporal, harus berlaku dimana saja
Ø Dapat
dijadikan dasar pengandaian
Analogi Induktif
Analogi bicara tetang dua hal yang berbeda dan
dibandingkan. Dua hal perlu diperhatikan yaitu persamaan dan perbedaan. Bila
memperhatikan persamaan saja, maka timbul analogi. Maka analogi induktif merupakan proses penalaran untuk menarik
kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala
khusus yang lain yang punya sifat esensial yang sama. Kesimpulan analogi
induktif tidak bersifat universal tapi khusus. Contoh:
Mangga 1: kuning, besar, matang, ternyata
manis.
Mangga
2: kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga
3: kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga
4: kuning, besar, dan matang Kesimpulan
tentu manis juga.
Jadi analogi
induktif menarik kesimpulan atas dasar persamaan. Beda dengan generalisasi
induktif, dimana konklusinya berupa proposisi
universal. Penalaran induktif, konklusinya lebih luas daripada
premis-premis.
(sumber: PPT Induksi-Deduksi, Google Images)
No comments:
Post a Comment