Golden Ticket

Golden Ticket

Thursday, September 25, 2014

Pertemuan IV Sesi 3

Logika
Haii semua kali ini saya akan membahas tentang salah satu cabang filsafat yaitu Logika.
Apa itu logika? Logika berasal dari bahasa Yunani , yaitu logikos yang berarti sesuatu yang diungkapkan atau diutarakan lewat bahasa. Pertama sekali digunakan istilah itu oleh Zeno dari Citium (334 – 262 seb. M). Jadi Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, dan membahas asas-asas atau aturan-aturan formal serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan untuk mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
 Secara singkat dapat dikatakan logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan tentang pokok yang tertentu. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penjelasan seperti ini terjadi dengan menunjukkan sebab-musababnya.
Logika juga merupakan ilmu pengetahuan dalam arti ini. Lapangan ilmu pengetahuan ini ialah azas-azas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sehat.  Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan seta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika bukanlah teori belaka. Logika juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Inilah sebabnya mengapa logika disebut filsafat yang praktis.



Sejarah Logika
Sebagai istilah logika pertama sekali digunakan oleh Zeno dengan aliran stoisismenya, tapi filsuf pertama yang menggunakan logika sebagai ilmu adalah Aristoteles. Kendati istilah yang digunakan adalah analitika, tapi dialah yang pertama sekali meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dr proposisi yg benar. Prinsip logika tradisional yang dikembangkan Aristoteles tetap menjadi prinsip2 logika modern. Logika tradisional membahas definisi, konsep dan menurut struktur, susunan dan nuansa, seluk beluk penalaran untuk mendapat kebenaran yang sesuai dengan kenyataan.



Logika Formal
Logika yang berbicara tentang kebenaran bentuk. Logika formal disebut juga logika minor. Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran bentuk, bila konklusinya kita tarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya dengan mengabaikan isi yang terkandung dalam argumentasi tersebut.
Misalnya:
Semua pegawai negeri adalah penerima gaji.
Semua pegawai swasta adalah penerima gaji.
Jadi, pegawai negeri adalah pegawai swasta.
Contoh diatas memperlihatkan susunan penalaran yang tidak tepat dengan demikian penalaran tersebut tidak memiliki kebenaran bentuk.  Susunan penalaran yang tepat diketahui berdasarkan konklusinya yang ditarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya.
Contoh lainnya:
            Semua manusia memiliki kaki.
            Semua raja adalah manusia.
            Jadi, semua raja memiliki kaki.
Susunan penalaran diatas adalah tepat sebab konklusinya diturunkan secara logis dari titik pangkalnya. Dengan demikian kalau penalaran yang tepat itu dikosongkan dari isinya dengan menghapus pengertian-pengertian di dalamnya dan menggantinya dengan tanda-tanda huruf terdapatlah pola penyusunan sebagai berikut:
Semua M adalah P.
Semua S adalah M.
Jadi, semua S adalah P.
Pola susunan penalaran itu disebut bentuk penalaran. Penalaran dengan bentuk yang tepat disebut penalaran yang tepat atau sahih (valid).  Semua penalaran, apa pun isi atau maknanya, asal bentuknya tepat, dapat dipastikan bahwa penalaran itu sahih. Jadi tanda-tanda M, P, dan S dapat diganti degan pengertian apa saja, asal susunan premis (yang dijadikan dasar penyimpulan) tepat dan konklusi sungguh-sungguh ditarik secara logis dari premis maka penalaran itu tepat atau sahih.
Misalnya:
            Malaikat itu benda fisik.
            Batu itu malaikat.
            Maka, batu itu benda fisik.
Kalau kita sesuaikan dengan kenyataan, jelaslah bahwa isi dari tiga pernyataan yang membentuk argumen di atas adalah salah (tidak sesuai fakta).  Namun argumen tersebut benar berdasarkan logika formal dari segi bentuknya, karena kesimpulan sungguh ditarik dari premis atau titik pangkal yang menjadi dasar penyimpulan tersebut.  Bahwa isi dari kesimpulan tersebut salah tidaklah disebabkan karena proses penarikan kesimpulan yang tidak tepat, melainkan isi dari premis-premisnya sudah salah.

Logika Material atau Isi
Logika yang membahas tentang kebenaran isi. Logika material disebut logika mayor. Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran isi apabila pernyataan-pernyataan yang membentuk argumen tersebut sesuai dengan kenyataan.
Contohnya:
Ø  Semua manusia memiliki kaki.
Ø  Budi memiliki kaki
Ø  Jadi, budi adalah manusia.
Kalau kita sesuaikan dengan kenyataan, jelaslah bahwa isi dari tiga pertanyaan yang membentuk argumen di atas adalah benar (sesuai dengan kenyataan) dengan demikian argumen tersebut memiliki kebenaran isi.

Namun, kalau kita teliti lebih lanjut, argumen tersebut sesungguhnya secara formal (menurut bentuknya) tidaklah sahih (valid).  Karena konklusi yang ditarik tidak diturunkan dari pernyataan-pertanyaan yang menjadi titik pangkal pemikiran.  Memang benar bahwa “Kucing adalah binatang” tetapi pernyataan (kesimpulan) itu tidak dapat ditarik dari fakta bahwa “Semua binatang adalah makhluk hidup” dan bahwa “Kucing adalah makhluk hidup”.

(sumber: PPT Logika, Google Images)

No comments:

Post a Comment