Filsafat Manusia: Jiwa dan Badan
Monoisme
Pengertian: aliran yang menolak pandangan bahwa
badan dan jiwa merupakan dua unsur yang terpisah. Badan dan jiwa adalah satu
substansi. Keduanya satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia.
Tiga bentuk aliran ini: materialisme, teori
identitas dan idealisme. Materialisme adalah menempatkan materi sebagai dasar
bagi segala hal yang ada (fisikalisme). Manusia juga bersumber pada materi.
Manusia tidak pernah melampaui potensi jasmaninya. Jiwa tidak punya eksistensi
sendiri. Jiwa bersumber dari materi. Eksistensi jiwa bersifat kronologis (hasil
hub sebab akibat). Reduksi humanitas pada dimensi fisik punya implikasi negatif
pada penilaian atas aktivitas mental.
Teori identitas menekankan hal berbeda dari materialisme, tapi
mengakui aktivitas mental manusia. Ini menjadi ciri khas manusia. Letak
perbedaan jiwa dan badan hanya pada arti bukan referensi. Badan dan jiwa
merupakan dua elemen yang sama.
Idealisme: ada hal yang tidak dapat diterangkan
semata berdasarkan materi, seperti pengalaman, nilai dan makna. Itu hanya punya
arti bila dihubungkan dengan sesuatu yang imaterial yaitu jiwa. Rene Descartes
dengan cogito ergo sumnya menjadi peletak dasar dari idealisme.
Dualisme
Pengertian: badan dan jiwa adalah dua elemen yang berbeda
dan terpisah. Perbedaannya ada dalam pengertian dan objek.
Empat cabang: interaksionisme, okkasionalisme,
paraleleisme dan epifenomenalisme.
Ø Interaksionisme:
fokus pada hubungan timbal balik antara badan dan jiwa. Peristiwa mental bisa
menyebabkan peristiwa badani dan sebaliknya.
Ø Okkasionalisme:
memasukkan dimensi ilahi dalam membicarakan hubungan badan dan jiwa. Hubungan
peristiwa mental dan fisik bisa terjadi dengan campur tangan ilahi.
Ø Paralelisme: sistem kejadian ragawi terdapat
di alam, sedangkan sistem kejadian kejiwaan ada pada jiwa manusia. Dalam diri
manusia ada dua peristiwa yang berjalan seiring yaitu peristiwa mental dan
fisik, namun satu tidak jadi sumber bagi lainnya.
Ø Epifenomenalisme: melihat hubungan jiwa dan badan dari fungsi syaraf. Satu2nya unsur untuk menyelidiki proses kejiwaan adalah syaraf.
TANGGAPAN
SINGKAT:
1.
Pandangan monisme bertentangan dengan hakekat manusia sesungguhnya. Plato berkata, badan dan
jiwa punya sifat yang berbeda. Badan sementara, jiwa abadi. Kelemahan materialisme: tidak bisa melihat bahwa pengalaman bersifat personal.
2.
Pandangan dualisme, khususnya
paralelisme yang mengatakan badan jiwa dua hal yang terpisah, tidak terkait, sulit diterima. Perbuatan baik muncul dari niat yang baik. Manusia adalah makhluk rohani dan jasmani
sekaligus.
Badan Manusia
Badan: elemen mendasar dalam membentuk pribadi
manusia. Apa pengertian badan? Pandangan tradisional, badan adalah kumpulan
berbagai entitas material yang membentuk makluk. Mekanisme gerakan badan
bersifat mekanistik. Pandangan ini tidak memberikan pandangan utuh tentang
manusia. Badan harus dimengerti melebihi dimensi fisik. Badan menyangkut
keakuan. Membicarakan tubuh adalah membicarakan diri (Gabriel Marcel).
Hakekat badan bukan pertama-tama terletak pada
dimensi materialnya, tapi dalam seluruh aktivitas entitas yang terjadi dalam
badan: tertawa, menangis, berjalan, lari, duduk, dll.
Jiwa Manusia
Badan manusia tidak memiliki apa-apa tanpa jiwa.
Tidak ada keakuan bila dilepaskan dari jiwa. Dalam pandangan tradisional jiwa –
makluk halus, tidak bisa ditangkap indera. Konsep ini menempatkan jiwa di luar
hakekat manusia. Ini ditolak. Jiwa harus dipahami sebagai kompleksitas kegiatan
mental manusia. Jiwa menyadarkan manusia siapa dirinya.
James P Pratt menunjuk ada empat kemampuan dasar
jiwa manusia. Pertama, menghasilkan kualitas penginderaan. Kedua, Mampu
menghasilkan makna yang berasal dari pengeinderaan khusus. Ketiga, mampu
memberi tanggapan terhadap hasil penginderaan. Empat, memberi tanggapan pada
proses yang terjadi dalam pikiran demi kebaikan.
Agustinus menyatakan manusia hanya bisa melakukan
penilaian terhadap tindakannya karena dorongan dari jiwa. Jiwa mendorong
manusia untuk melakukan hukum-hukum moral yang diketahui. Praktek moral
sehari-hari adalah tanda berfungsinya jiwa dalam diri seseorang. Kemampuan jiwa
menunjukkan bahwa kegiatan manusia bukan mekanistik.
KESIMPULAN: Realitas manusiawi – realitas
prinsipial terbentuk dari dua elemen, yaitu material dan spiritual. Badan dan
jiwa adalah satu kesatuan yang membentuk eksitensi manusia. Jiwa tidak bisa
berfungsi baik kalau tidak ada badan.
Badan manusia bukan mekanistik, tapi dinamika dari jiwa itu sendiri.
(sumber: Google, ppt Dr. Raja Oloan Tumanggor)
No comments:
Post a Comment